Ayat 1000 Dinar
Keutamaan khusus pada ayat atau surah tertentu
Beberapa ayat atau surah dalam Al-Qur’an disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan faedah tertentu. Misalnya adalah surah Al-Fatihah yang disebutkan sebagai salah satu rukun salat.
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak sah salat seorang hamba yang tidak membaca surah Al-Fatihah.” (HR. Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394)
Atau ayat kursi yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bisa menjadi sebab masuk surga.
من قرأ دبر كل صلاة مكتوبة آية الكرسي لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت
“Barangsiapa membaca ayat Kursi setiap selesai salat fardu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga, kecuali kematian.” (HR. An-Nasai no. 9848)
Para ulama memperbincangkan validitas sanadnya. Akan tetapi, Ibnu Katsir rahimahullah mengonfirmasi validitas sanad hadis ini dengan mengatakan,
فهو إسناد على شرط البخاري
“Sanad hadis ini sesuai dengan syarat Imam Bukhari.” (Tafsir Ibn Katsir, 1: 677).
Bahkan Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
مَا تَرَكْتُهَا عَقِيبَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Aku tidak pernah meninggalkan membaca ayat Kursi setelah salat.” (Zaad Al-Ma’ad, 1: 294)
Begitu pun beberapa keutamaan yang disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam secara khusus untuk beberapa surah atau ayat dalam Al-Qur’an. Dan penyebutan keutamaan ini harus berdasarkan hadis yang sahih.
Baca Juga: Ayat-Ayat Al Qur’an yang Disunnahkan Dibaca Sebelum Tidur
Tujuan utama Al-Qur’an diturunkan
Akan tetapi, ketiadaan keutamaan khusus tidak lantas menjadikan surah lain tidak utama. Setiap huruf dan ayat dalam Al-Qur’an adalah mulia. Karena tujuan diturunkan Al-Qur’an oleh Allah ‘Azza Wajalla adalah agar seseorang bisa mengamalkan dan menadaburinya. Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan,
إنما نزل القرآن ليعمل به ، فاتخذ الناس قراءته عملا
“Sesungguhnya Al-Qur’an turun agar diamalkan. (Namun disayangkan, sebagian) manusia menjadikan pengamalan Al-Qur’an sekedar bacaan saja.” (Akhlaq Hamalat Al-Quran, hal. 38).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يؤتى بالقرآن يوم القيامة وأهله الذين كانوا يعملون به تقدمه سورة البقرة، وآل عمران
“Al-Qur’an akan didatangkan di hari kiamat bersama ahlinya yaitu orang-orang yang beramal dengannya. Dan yang pertama kali adalah surah Al-Baqarah dan Ali Imran.” (HR. Muslim no. 1338)
Allah ‘Azza wajalla berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran.” (QS. Sad: 29)
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah mengatakan,
هذه الحكمة من إنزاله، ليتدبر الناس آياته، فيستخرجوا علمها ويتأملوا أسرارها وحكمها، فإنه بالتدبر فيه والتأمل لمعانيه، وإعادة الفكر فيها مرة بعد مرة، تدرك بركته وخيره، وهذا يدل على الحث على تدبر القرآن، وأنه من أفضل الأعمال، وأن القراءة المشتملة على التدبر أفضل من سرعة التلاوة التي لا يحصل بها هذا المقصود.
“Inilah hikmah Al-Qur’an diturunkan, agar manusia merenungi dan menghayati ayat-ayat di dalamnya, mengurai kandungan, dan merenungi hikmah atau rahasia tentangnya. Sesungguhnya dengan cara menghayati kandungan maknanya, berusaha untuk mengulang-ulang perenungan, niscaya akan kau dapati keberkahan dan kebaikannya. Dan ini menunjukkan motivasi agar seseorang semangat dalam menadaburi Al-Qur’an. Sungguh hal tersebut (tadabur Al-Qur’an) adalah sebaik-baik amalan. Membaca Al-Qur’an disertai dengan menghayati (tadabur) maknanya itu lebih baik dibandingkan dengan membaca cepat tanpa perenungan (tadabur).” (Tafsir As-Sa’diy)
Baca Juga: Tafsir Ayat Tentang “Pohon Kurma”? (Bag. 1)
Ayat 1000 Dinar?!
Bagaimana dengan ayat yang sering orang sebut dengan ayat 1000 dinar? Yaitu firman Allah ‘Azza wajalla,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Allah berikan jalan keluar dan Allah berikan ia rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Adakah keutamaan khususnya? Kami tidak menjumpai hadis ataupun kitab tafsir para ulama yang menyebutkan bahwa ayat ini jika diamalkan secara khusus dengan tata cara tertentu bisa mengentaskan kesulitan seseorang. Namun, selama seseorang bertakwa kepada Allah, maka Allah Ta’ala akan bebaskan ia dari segala kesulitan, baik dunia maupun akhirat.
Ketika Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma melewati ayat 2 dalam surah Ath-Thalaq, beliau mengatakan,
ينجيه من كل كرب في الدنيا والآخرة
“Allah ‘Azza wajalla akan membebaskannya dari setiap kesulitan dunia dan akhirat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 146).
Rabi’ bin Haitsam rahimahullah mengatakan,
“Maksud dari ayat (يجعل له مخرجا) adalah (akan dibebaskan) dari seluruh kesulitan yang dianggap menghimpit oleh manusia.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 146).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
ومن يتق الله فيما أمره به، وترك ما نهاه عنه، يجعل له من أمره مخرجا، ويرزقه من حيث لا يحتسب، أي: من جهة لا تخطر بباله
“(Maksud adalah) barangsiapa bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, maka Allah akan berikan jalan keluar untuk hamba tersebut dan memberi rezeki dari arah yang sebelumnya tidak disangka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 146)
Maka, tanpa harus seseorang membacanya dengan tata cara tertentu atau hitungan tertentu, ia akan mendapat jalan keluar dengan syarat bertakwa kepada Allah dan beramal saleh. Sebagaimana disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
من أكثر من الاستغفار جعل الله له من كل هم فرجا، ومن كل ضيق مخرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب
“Barangsiapa yang memperbanyak istigfar, maka Allah akan berikan jalan keluar dari segala macam kepayahan dan kesempitan. Dan Allah akan berikan rezeki dari arah yang tidak disangka.” (HR. Ahmad 1: 248)
Justru ketika seseorang membuat aturan baru dalam mengamalkan satu ayat tertentu dengan iming-iming tertentu yang tidak memiliki dasar yang sahih, maka ia telah berbuat bid’ah dalam agama. Imam Asy-Syathibi rahimahullah memberikan contoh perbuatan bid’ah adalah,
ومنها: التزام الكيفيات والهيئات المعينة كالذكر بهيئة الاجتماع على صوت واحد. ومنها: التزام العبادات المعينة في أوقات معينة لم يوجد لها ذلك التعيين في الشريعة
“Di antaranya adalah mengharuskan tata cara atau bentuk tertentu seperti zikir secara berjamaah dengan satu suara. Contoh lain adalah menentukan satu ibadah tertentu di waktu tertentu yang tidak ada dalil dalam syariat tentangnya (yang mengkhususkan ibadah tertentu di waktu tertentu).” (Al-I’tisham, 1: 53)
Maka, solusinya ketika seorang berharap penyelesaian segala kesulitannya, baik berupa utang atau yang lainnya adalah ia bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Atau setelah membaca Al-Qur’an ia berdoa kepada Allah, baik untuk urusan dunia maupun akhiratnya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من قرأ القرآن فليسأل الله به
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an, maka mintalah (segala sesuatu) kepada Allah dengan bacaannya.” (Shahih At-Tirmidzi no. 2917)
Al-Mubarakfury rahimahullah mengatakan,
فليسأل الله به ـ أي فليطلب من الله تعالى بالقرآن ما شاء من أمور الدنيا والآخرة ـ أو المراد أنه إذا مر بآية رحمة فليسألها من الله تعالى، وإما أن يدعو الله عقيب القراءة بالأدعية المأثورة
“Ayat ‘Maka hendaknya ia meminta kepada Allah dengan bacaan Al-Qur’annya’, maksudnya adalah Maka hendaklah ia meminta apapun yang ia inginkan kepada Allah, baik dunia maupun akhirat. Atau maksudnya adalah ketika ia melewati ayat rahmat, maka mintalah rahmat kepada Allah. Atau maksudnya adalah berdoa kepada-Nya setelah membaca dengan doa-doa yang diajarkan (baik dalam Al-Qur’an maupun hadis).” (Tuhfatul Ahwadzi, 8: 189)
Semoga Allah Ta’ala berikan kita taufik untuk membaca dan mengamalkan Al-Qur’an. Aamiin …
Baca Juga:
***
Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.
Artikel asli: https://muslim.or.id/78949-ayat-1000-dinar.html